Rabu, 21 November 2012

Konsep Kewirausahaan dan Pendidikan Kewirausahaan di Sekolah

A.  Konsep Kewirausahaan
Sampai saat ini konsep kewirausahaan masih terus berkembang. Kewirausahan adalah suatu sikap, jiwa dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang sangat bernilai dan berguna bagi dirinya dan orang lain. Kewirausahaan merupakan sikap mental dan jiwa yang selalu aktif atau kreatif berdaya, bercipta, berkarya dan bersahaja dan berusaha dalam rangka meningkatkan pendapatan dalam kegiatan usahanya.
Seseorang yang memiliki karakter wirausaha selalu tidak puas dengan apa yang telah dicapainya. Wirausaha adalah orang yang terampil memanfaatkan peluang dalam mengembangkan usahanya dengan tujuan untuk meningkatkan kehidupannya. Norman M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993:5), “An entrepreneur is one who creates a new business in the face of risk and uncertainty for the purpose of achieving profit and growth by identifying opportunities and asembling the necessary resources to capitalze on those opportunities”. Wirausahawan adalah orang-orang yang memiliki kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis; mengumpulkan sumber daya-sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang tepat, mengambil keuntungan serta memiliki sifat, watak dan kemauan untuk mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif dalam rangka meraih sukses/meningkatkan pendapatan. Intinya, seorang wirausaha adalah orang-orang yang memiliki karakter wirausaha dan mengaplikasikan hakikat kewirausahaan dalam hidupnya. Dengan kata lain, wirausaha adalah orang-orang yang memiliki jiwa kreativitas dan inovatif yang tinggi dalam hidupnya.
Dari beberapa konsep di atas menunjukkan seolah-olah kewirausahaan identik dengan  kemampuan para wirausaha dalam dunia usaha (business). Padahal, dalam kenyataannya, kewirausahaan tidak selalu  identik dengan karakter wirausaha semata, karena karakter wirausaha kemungkinan juga dimiliki oleh seorang yang bukan wirausaha. Wirausaha mencakup semua aspek pekerjaan, baik karyawan swasta maupun pemerintahan (Soeparman Soemahamidjaja, 1980). Wirausaha adalah mereka yang melakukan upaya-upaya kreatif dan inovatif dengan jalan mengembangkan ide, dan meramu sumber daya untuk menemukan peluang (opportunity) dan perbaikan (preparation) hidup (Prawirokusumo, 1997).
Kewirausahaan (entrepreneurship) muncul apabila seseorang individu berani mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide barunya. Proses kewirausahaan meliputi semua fungsi, aktivitas dan tindakan yang berhubungan dengan perolehan peluang dan penciptaan organisasi usaha (Suryana, 2001). Esensi dari kewirausahaan adalah menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses pengkombinasian sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda agar dapat bersaing. Menurut Zimmerer (1996:51), nilai tambah tersebut dapat diciptakan melalui cara-cara sebagai berikut:
  1. Pengembangan teknologi baru (developing new technology),
  2. Penemuan pengetahuan baru (discovering new knowledge),
  3. Perbaikan produk (barang dan jasa) yang sudah ada (improving existing products or services),
  4. Penemuan cara-cara yang berbeda untuk menghasilkan barang dan jasa yang lebih banyak dengan sumber daya yang lebih sedikit (finding different ways of providing more goods and services with fewer resources).
Walaupun di antara para ahli ada yang lebih menekankan kewirausahaan pada peran pengusaha kecil, namun sebenarnya karakter  wirausaha juga dimiliki oleh orang-orang  yang berprofesi di luar wirausaha. Karakter kewirausahaan ada pada setiap orang yang menyukai perubahan,   pembaharuan, kemajuan dan tantangan, apapun profesinya.
Dengan demikian, ada enam hakikat pentingnya kewirausahaan, yaitu:
  1. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses dan hasil bisnis (Ahmad Sanusi, 1994)
  2. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang dibutuhkan untuk memulai sebuah usaha dan mengembangkan usaha (Soeharto Prawiro, 1997)
  3. Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (kreatif) dan berbeda (inovatif) yang bermanfaat dalam memberikan nilai lebih.
  4. Kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (Drucker, 1959)
  5. Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreatifitas dan keinovasian dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan usaha (Zimmerer, 1996)
  6. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan.
Berdasarkan keenam pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan adalah  nilai-nilai yang membentuk karakter dan perilaku seseorang yang selalu kreatif berdaya, bercipta, berkarya dan bersahaja dan berusaha dalam rangka meningkatkan pendapatan dalam kegiatan usahanya. Meredith dalam Suprojo Pusposutardjo(1999), memberikan  ciri-ciri seseorang yang memiliki karakter wirausaha sebagai orang yang (1) percaya  diri, (2) berorientasi tugas dan hasil, (3) berani mengambil risiko, (4) berjiwa kepemimpinan, (5) berorientasi ke depan, dan (6)  keorisinalan.
Jadi, untuk menjadi wirausaha yang berhasil, persyaratan utama yang harus dimiliki adalah memiliki jiwa dan watak kewirausahaan. Jiwa dan watak kewirausahaan tersebut dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan, atau kompetensi. Kompetensi itu sendiri ditentukan oleh pengetahuan dan pengalaman usaha. Seperti telah dikemukakan di atas, bahwa seseorang wirausaha adalah seseorang yang memiliki jiwa dan kemampuan tertentu dalam berkreasi dan berinovasi. Ia adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different) atau kemampuan kreatif dan inovatif. Kemampuan kreatif dan inovatif tersebut secara riil tercermin dalam kemampuan dan kemauan untuk memulai usaha (start up), kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang baru (creative), kemauan dan kemampuan untuk mencari peluang (opportunity), kemampuan dan keberanian untuk menanggung risiko (risk bearing) dan kemampuan untuk mengembangkan ide dan meramu sumber daya.
B.   Pendidikan Kewirausahaan di Sekolah
Pendidikan kewirausahaan bertujuan untuk membentuk manusia secara utuh (holistik), sebagai insan yang memiliki karakter, pemahaman dan ketrampilan sebagai wirausaha. Pada dasarnya, pendidikan kewirausahaan dapat diimplementasikan secara terpadu dengan kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah. Pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dilakukan oleh kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan (konselor), peserta didik secara bersama-sama sebagai suatu  komunitas pendidikan. Pendidikan kewirausahaan diterapkan ke dalam kurikulum dengan cara mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan di sekolah yang dapat merealisasikan pendidikan kewirausahaan dan direalisasikan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.  Dalam hal ini, program pendidikan kewirausahaan di sekolah dapat diinternalisasikan melalui berbagai aspek.
1.   Pendidikan Kewirausahaan Terintegrasi Dalam Seluruh Mata Pelajaran
Yang dimaksud dengan pendidikan kewirausahaan terintegrasi di dalam proses  pembelajaran adalah penginternalisasian nilai-nilai kewirausahaan ke dalam pembelajaran sehingga hasilnya diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, terbentuknya karakter wirausaha dan pembiasaan nilai-nilai kewirausahaan ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang dan dilakukan untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai kewirausahaan dan menjadikannya perilaku. Langkah ini dilakukan dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan ke dalam pembelajaran di seluruh mata pelajaran yang ada di sekolah. Langkah pengintegrasian ini bisa dilakukan pada saat menyampaikan materi, melalui metode pembelajaran maupun melalui sistem penilaian.
Dalam pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan ada banyak nilai yang dapat ditanamkan pada peserta didik. Apabila semua nilai-nilai kewirausahaan tersebut harus ditanamkan dengan intensitas yang sama pada semua mata pelajaran, maka penanaman nilai tersebut menjadi sangat berat. Oleh karena itu penanaman nilainilai kewirausahaan dilakukan secara bertahap dengan cara memilih sejumlah nilai pokok sebagai pangkal tolak bagi penanaman nilai-nilai lainnya. Selanjutnya nilai-nilai pokok tersebut diintegrasikan pada semua mata pelajaran. Dengan demikian setiap mata pelajaran memfokuskan pada penanaman nilai-nilai pokok tertentu yang paling dekat dengan karakteristik mata pelajaran yang bersangkutan. Nilai-nilai pokok kewirausahaan yang diintegrasikan ke semua mata pelajaran pada langkah awal ada 6 (enam)  nilai pokok yaitu: mandiri, kreatif pengambil resiko, kepemimpinan, orientasi pada tindakan dan kerja keras.
Integrasi pendidikan kewirausahaan di dalam mata pelajaran dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran. Pada tahap perencanaan, silabus dan RPP dirancang agar muatan maupun kegiatan pembelajarannya memfasilitasi untuk mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan. Cara menyusun silabus yang terintegrsi nilai-nilai kewirausahaan dilakukan dengan mengadaptasi silabus yang telah ada dengan menambahkan satu kolom dalam silabus untuk mewadahi nilai-nilai kewirausahaan yang akan diintegrasikan. Sedangkan cara menyususn RPP yang terintegrasi dengan nilai-nilai kewirausahaan dilakukan dengan cara mengadaptasi RPP yang sudah ada dengan menambahkan pana materi, langkah-langkah pembelajaran atau penilaian dengan nilai-nilai kewirausahaan.
Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan kewirausahaan mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai kewirausahaan sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri.Dengan prinsip ini, peserta didik belajar melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan yang terkait dengan nilai-nilai kewirausahaan.
Pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan dalam silabus dan RPP dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut:
  • Mengkaji SK dan KD untuk menentukan apakah nilai-nilai kewirausahaan sudah tercakup didalamnya.
  • Mencantumkan nilai-nilai kewirausahaan yang sudah tercantum di dalam SKdan KD kedalam silabus.
  • Mengembangkan langkah pembelajaran peserta didik aktif yang memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan melakukan integrasi nilai dan menunjukkannya dalam perilaku.
  • Memasukan langkah pembelajaran aktif yang terintegrasi nilai-nilai kewirausahaan ke dalam RPP.
2.   Pendidikan Kewirausahaan yang Terpadu Dalam Kegiatan Ekstra Kurikuler
Kegiatan Ekstra Kurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah. Visi kegiatan ekstra kurikuler adalah berkembangnya potensi, bakat dan minat secara optimal, serta tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan peserta didik yang berguna untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Misi ekstra kurikuler adalah (1) menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat dipilih oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka; (2) menyelenggarakan kegiatan yang memberikan kesempatan peserta didik mengespresikan diri secara bebas melalui kegiatan mandiri dan atau kelompok.
3.  Pendidikan Kewirausahaan Melalui Pengembangan Diri
Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah/madrasah. Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan karakter termasuk karakter wirausaha dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta kegiatan ekstra kurikuler.
Pengembangan diri yang dilakukan dalam bentuk kegiatan pengembangan  kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi dan perkembangan peserta didik, dengan memperhatikan kondisi sekolah/madrasah.
Pengembangan diri secara khusus bertujuan menunjang pendidikan peserta didik dalam mengembangkan: bakat, minat, kreativitas, kompetensi, dan kebiasaan dalam kehidupan, kemampuan kehidupan keagamaan, kemampuan sosial, kemampuan belajar, wawasan dan perencanaan karir, kemampuan pemecahan masalah, dan kemandirian. Pengembangan diri meliputi kegiatan terprogram dan tidak terprogram. Kegiatan terprogram direncanakan secara khusus dan diikuti oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pribadinya. Kegiatan tidak terprogram dilaksanakan secara langsung oleh pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah/madrasah yang diikuti oleh semua peserta didik. Dalam program pengembangan diri, perencanaan dan pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dapat dilakukan melalui pengintegrasian kedalam kegiatan sehari-hari sekolah misalnya kegiatan ‘business day’ (bazar, karya peserta didik, dll)
4.   Perubahan Pelaksanaan Pembelajaran Kewirausahaan dari Teori ke Praktik
Dengan cara ini, pembelajaran kewirausahaan diarahkan pada pencapaian tiga kompetansi yang meliputi penanaman karakter wirausaha, pemahaman konsep dan skill, dengan bobot yang lebih besar pada pencapaian kompetensi jiwa dan skill dibandingkan dengan pemahaman konsep. Dalam struktur kurikulum SMA, pada mata pelajaran ekonomi ada beberapa Kompetensi Dasar yang terkait langsung dengan pengembangan pendidikan kewirausahaan. Mata pelajaran tersebut merupakan mata pelajaran yang secara langsung (eksplisit) mengenalkan nilai-nilai kewirausahaan, dan sampai taraf tertentu menjadikan peserta didik peduli dan menginternalisasi nilai-nilai tersebut. Salah satu contoh model pembelajaran kewirausahaan yang mampu menumbuhkan karakter dan perilaku wirausaha dapat dilakukan dengan cara mendirikan kantin kejujuran, dsb.
5.   Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan ke dalam Bahan/Buku Ajar
Bahan/buku ajar merupakan komponen pembelajaran yang paling berpengaruh terhadap apa yang sesungguhnya terjadi pada proses pembelajaran. Banyak guru yang mengajar dengan semata-mata mengikuti urutan penyajian dan k egiatan-kegiatan pembelajaran (task) yang telah dirancang oleh penulis buku ajar, tanpa melakukan adaptasi yang berarti. Penginternalisasian nilai-nilai kewirausahaan dapat dilakukan ke dalam bahan ajar baik dalam pemaparan materi, tugas maupun evaluasi.
6.  Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan melalui Kutur Sekolah
Budaya/kultur sekolah adalah suasana kehidupan sekolah dimana peserta didik berinteraksi dengan sesamanya, guru dengan guru, konselor dengan sesamanya, pegawai administrasi dengan sesamanya, dan antar anggota kelompok masyarakat sekolah.
Pengembangan nilai-nilai dalam pendidikan kewirausahaan dalam budaya sekolah mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan kepala sekolah, guru, konselor, tenaga administrasi ketika berkomunikasi dengan peserta didik dan mengunakan fasilitas sekolah, seperti kejujuran, tanggung jawab, disiplin, komitmen dan budaya berwirausaha di lingkungan sekolah (seluruh warga sekolah melakukan aktivitas berwirausaha di lngkungan sekolah).
7. Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan melalui Muatan Lokal
Mata pelajaran ini memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan. Oleh karena itu mata pelajaran muatan lokal harus memuat karakteristik budaya lokal, keterampilan, nilai-nilai luhur budaya setempat dan mengangkat permasalahan sosial dan lingkungan yang pada akhirnya mampu membekali peserta didik dengan keterampilan dasar (life skill) sebagai bekal dalam kehidupan sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Contoh anak yang berada di  ingkungan sekitar pantai, harus bisa menangkap potensi lokal sebagai peluang untuk mengelola menjadi produk yang memiliki nilai tambah, yang kemudian diharapkan anak mampu menjual dalam rangka untuk memperoleh pendapatan.
Integrasi pendidikan kewirausahaan di dalam mulok, hampir sama dengan integrasi pendidikan kewirausahaan terintegrasi di dalam mata pelajaran dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran. Pada tahap perencanaan ini, RPP dirancang agar muatan maupun kegiatan pembelajarannya MULOK memfasilitasi untuk mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan. Cara menyusun RPP MULOK yang terintegrasi dengan nilai-nilai kewirausahaan dilakukan dengan cara mengadaptasi RPP MULOK yang sudah ada dengan menambahkan pada materi, langkah-langkah pembelajaran atau penilaian dengan nilai-nilai kewirausahaan. Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan kewirausahaan mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai kewirausahaan sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri. Dengan prinsip ini peserta didik belajar melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan yang terkait dengan nilai-nilai kewirausahaan.
===========
Sumber: Adaptasi dan disarikan dari:
Pusat Kurikulum Balitbang Kemendiknas. 2010.  Pengenbangan Pendidikan Kewirausahaan; Bahan Pelatihan  Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa. Jakarta.

Kamis, 05 Juli 2012

PLPG PERIODE 8 DAN 9

Bagi Peserta PLPG, tidak diperkenankan memberikan apapun (makanan, minuman, hadiah, uang, cendera mata, dll) kepada Instruktur dan Panitia Pelaksana PLPG.

Mapel Bahasa Inggris dan Bimbingan Konseling terakhir dilaksanakan pada periode 8, sedangkan Mapel Pendidikan Jasmani dan Kesehatan terakhir dilaksanakan pada periode 9.

Undangan Pelaksanaan PLPG Periode 8 dan 9 : Undangan periode 8 n 9
Periode 8, pelaksanaan Tanggal 9 s/d  18 Juli 2012, Check in di hotel pukul 14.00 pada tanggal 9 Juli 2012 (bagi yang menginap)

Daftar peserta dan penginapan : Peserta Periode 8

Daftar peserta yang harus konfirmasi kehadiran : Peserta Periode 8_Konfirmasi
Periode 9, pelaksanaan tanggal 13 Juli  s/d 22 Juli 2012, Check in di hotel pukul 14.00 pada tanggal 13 Juli 2012 (bagi yang menginap)

Daftar peserta dan penginapan: Peserta periode 9
Pelaksanaan di Kampus FKIP Unej. Bagi yang tidak menginap, kegiatan dimulai pukul 07.00 keesokan harinya di lokasi yang telah ditentukan

Kepada semua peserta diharuskan untuk mendownload modul “Kebijakan Pengembangan Profesi Guru” pada website http://sergur.kemdiknas.go.id/

sumber : http://rayon116unej.wordpress.com

Minggu, 01 Juli 2012

Tahap 4 : Revisi Undangan Tahap4
Tahap 4 Periode 6, pelaksanaan Tanggal 29 Juni s/d  8 Juli 2012, Check in di hotel pukul 14.00 pada tanggal 29 Juni 2012 (bagi yang menginap)

Daftar peserta dan penginapan : Revisi Tahap4-Periode6
Tahap 4 Periode 7, pelaksanaan tanggal 3 Juli  s/d 12 Juli 2012, Check in di hotel pukul 14.00 pada tanggal 3 Juli 2012 (bagi yang menginap)

Daftar peserta dan penginapan: Revisi Tahap4-Periode7
Pelaksanaan di Kampus FKIP Unej. Bagi yang tidak menginap, kegiatan dimulai pukul 07.00 keesokan harinya di lokasi yang telah ditentukan

Kepada semua peserta diharuskan untuk mendownload modul “Kebijakan Pengembangan Profesi Guru” pada website http://sergur.kemdiknas.go.id/

Sumber: http://rayon116unej.wordpress.com/

Minggu, 08 April 2012

KREASI DARI KALENG BEKAS



Bahan yang diperlukan :
1. Kaleng bekas susu ukuran 400 ml qty : 1 bh
2. Cat pilox (warna boleh apa saja, yang cerah) utk cat dasar qty : 1 klg
3. Spidol snowman paint (warna hitam, warna gelap) utk melukis / menggbr qty : 1 buah
4. Koran bekas (untuk alas mengecat) qty : 1 lbr

Catatan:
Cat pilox untuk 1 kaleng 400 ml bisa dipakai untuk +/- 10 kaleng.
Spidol snowman paint bisa dipakai untuk +/- 10 kaleng.

Alat-alat yang dipakai :
1. Cutter qty : 1 bh

Estimasi biaya :
1. Kaleng bekas susu ukuran 900 ml qty : 1 bh x Rp. 0,-
2. Cat pilox 400 ml (warna cerah) qty : 1 klg x Rp. 18.000
(bisa utk bebarapa buah hasil kreasi +/- 20 buah)
3. Spidol snowman paint (warna hitam /gelap) qty : 1 bh x Rp. 15.000
(bisa utk bebarapa buah hasil kreasi +/- 20 buah)
4. Koran bekas qty : 1 lbr x Rp. 0,- = Rp. 0,-
TOTAL Rp. 33.000,-
(bisa utk bebarapa buah hasil kreasi +/- 20 buah hasil kreasi, lumayan hemat bukan ?)

Cara membuat :
1. Kaleng bekas dibersihkan terlebih dahulu (bisa dicuci dan dijemur hingga kering)
2. Kaleng yang sudah bersih lalu di cat menggunakan cat pilox. Sebelum menyemprotkan cat pilox, kaleng cat pilox dikocok beberapa kali agar cairan cat di dalam kaleng rata. Semprotkan cat secukupnya saja, (tidak perlu tebal) tapi rata ke semua permukaan kaleng.
3. Lalu kaleng yang sudah dicat tadi jemur di bawah sinar matahari hingga kering beralaskan koran.
4. Setelah kering kaleng tadi siap di lukis /digambar dengan menggunakan spidol snowman paint. Caranya kocok terlebih dahulu spidol sebelum digunakan untuk menggambar. Lalu buatlah gambar yang menarik sesuai tema yang anda inginkan.
5. Setelah selesai dilukis / digambar, lalu tutup kaleng dilubangi dengan “LURUS” sepanjang +/- 4 cm , lebar 0,5 cm dgn menggunakan cutter untuk lubang masuk uang kertas / logam (Utk celengan),
6. Setelah selesai dilukis / digambar, lalu tutup kaleng dilubangi dengan diameter +/- 4 cm dgn menggunakan cutter untuk lubang tisu (Utk Celengan)
7. Pasang tutup yang sudah dilubangi tadi sebagai penutup kaleng.
8. Selesai.

Rabu, 08 Februari 2012

AYO BERWIRAUSAHA

            Wirausaha adalah innovator yang mampu memanfaatkan dan mengubah kesempatan menjadi ide yang dapat dijual atau dipasarkan, memberikan nilai tambah dengan memanfaatkan upaya, waktu, biaya atau kecakapan dengan tujuan mendapatkan keuntungan. Artinya bahwa tujuan utama orang berwirausaha adalah untuk mencapai keuntungan dengan memanfaatkan atau menggunakan sumber daya yang ada ditambah dengan faltor biaya, waktu dan ketrampilannya.
            Jepang adalah Negara yang sukses membentuk karakter wirausaha pada sebagian besar warganegaranya. Begitu juga dengan China pada decade ini, bahkan China akan segera menjadi kiblat ekonomi dunia. Dua Negara tersebut mampu mendorong warganya untuk menjadi bangsa yang produktif bukan konsumtif. Bagaimana dengan Negara kita tercinta Indonesia ? Coba perhatikan table di bawah ini :
Negara
Populasi wirausahawan dibanding jumlah penduduk
Amerika Serikat
15 %
Singapura
7.2 %
Thailand
4.1 %
Indonesia
0.24 %
Puguh Iryanto, Kadin Jawa Timur
Amerika Serikat jumlah penduduknya yang berwirausaha 62 kali lipat lebih banyak dibandingkan Indonesia. Singapura dan Thailand masing – masing 30 kali lipat dan 17 kali lipat lebih banyak dibandingkan Indonesia. Jadi jumlah penduduk Indonesia yang sebanyak 241 juta jiwa hanya 0.24 % nya atau hanya 578400 warganya yang menjadi wirausaha. Sehingga jika diambil rata – rata nya, penghasilan penduduk Indonesia hanya sekitar 1,5 juta rupiah per bulannya. Masih sangat jauh dibandingkan Negara lain.
            Di era globalisasi ini, Indonesia sangat membutuhkan semangat dan jiwa wirausaha. Apalagi dengan adanya perdagangan bebas, dimana produk apapun dari Negara manapun bisa masuk dan dijual ke Negara kita. Jika kita tidak bisa membuat produk yang bernilai jual tinggi kita akan kalah oleh Negara lain. Jangan sampai kita menjadi nomor satu pada tingkat konsumsi masyarakat tetapi nomor terakhir pada tingkat produksi. Jika Negara kita menjadi Negara konsumtif berarti segala macam keuntungan akan mengalir ke Negara produsen.


Semangat Wirausaha
            Ada dua faktor yang mempengaruhi semangat wirausaha yaitu :
1.      Faktor internal, yaitu dorongan dari dalam dirinya sendiri, bersumber dari kebutuhan seperti kebutuhan bertahan hidup, bersosialisasi, spiritual, prestise atau harga diri dan aktualisasi diri.
2.      Faktor Eksternal, dorongan dari orang lain seperti teman, istri/suami/keluarga, tetangga, masyarakat bahkan Negara lain.
Sedangkan alasan orang meninggalkan pekerjaannya dan menjadi wirausaha adalah karena adanya laba, kebebasan dan kepuasan menjalani hidup. Laba dari usaha yang dijalankan akan menjadi miliknya sendiri. Akan digunakan untuk memenuhi kebutuhannya atau mengembangkan usahanya. Sedangkan kebebasan karena wirausaha bebas atau tidak terikat pada aturan sebagaimana jika dia bekerja pada orang lain. Harus tunduk dan patuh pada aturan yang kadang sangat mengikat disertai sanksi jika melanggarnya. Bahkan salah satu TV swasta nasional membuat acara berjudul “Bosan Menjadi Pegawai”. Bukan berarti kita harus keluar dari pekerjaan kita, tetapi sekedar memberi motivasi kepada para pemirsanya agar punya semangat berwirausaha.
Sementara kepuasan menjalani hidup maksudnya adalah wirausaha dapat merefleksikan pemenuhan kerja pribadinya. Ketika wirausahawan berhasil membuat produk baru dan diminati pasar/konsumen maka rasa puas karena berhasil tersebut akan muncul. Yang akhirnya akan terus memotivasi wirausahawan untuk terus meningkatkan prestasinya.
Selain tiga hal tersebut diatas masih ada fajtor atau alasan orang berwirausaha. Yaitu bisa menciptakan lapangan kerja bagi orang lain. Jadi keuntungan yang didapat tidak dia nikmati sendiri, tetapi juga dinikmati orang lain yang ikut bekerja dengannya.

Contoh Wirausahawan Sukses
1.      Thomas Alfa Edison, penemu bola lampu pijar. Banyak orang yang mengenalnya. Tetapi banyak yang tidak tahu kalau dia adalah wirausahawan yang sukses. Dia adalah pendiri General Electric dan General Motor di Amerika Serikat. Dia tidak mengenal kata “Gagal” dalam hidupnya.
2.      Alim Markus, pendiri perusahaan besar Maspion Group. “ Orang lain bekerja 8 jam … saya sejak kecil sudah biasa kerja 14 jam. Mulai ayam berkokok jam 5 pagi sampai setan pada keluar jam 7 malam “; kata Alim Markus.
3.      Lailatus Saadah, innovator nasi Krawu Burger. Lulusan D-3 Teknik Kimia ITS itu mengubah nasi Krawu makanan khas kota Gresik yang konvensional menjadi nasi Krawu berbentuk burger.
Dari contoh diatas dapat diambil kesimpulan bahwa untuk menjadi wirausahawan yang sukses diperlukan semangat wirausaha yang tinggi didukung dengan kreatifitas dan inovasi yang tinggi yang konsisten terjaga. Juga komitmen terhadap usahanya.
            Seperti halnya Thomas Edison yang bisa membuat bola lampu pijar sebagai sebuah mahakarya yang fenomenal kala itu. Kreatifitasnya tinggi hingga oleh gurunya dikeluarkan dari sekolahnya, karena pola berpikirnya sudah melampaui masanya. Juga Lailatus Saadah yang selalu berinovasi dengan nasi Krawu burgernya. Produknya tidak hanya dikenal di Gresik atau Surabaya tetapi sudah dikenal di kotakota lain di Jawa Timur.
            Untuk menjadi wirausaha saat ini banyak media yang dapat membantu kita. Kemajuan teknologi berperan penting. Internet salah satunya. Dengan internet kita bisa memamerkan atau memasarkan produk kita. Facebook, twitter atau dengan Youtube kita bisa memamerkan produk kita. Ingat iklan salah satu penyedia layanan telekomunikasi dimana pemerannya mengupload menu masakan di sebuah warung makan. Hingga akhirnya menarik orang untuk makan di warung makan tersebut. Dengan internet kita bisa mencari ide – ide segar demi kemajuan usaha kita. Televisi, radio, media masa yang sudah banyak berkembang adalah media yang bias kita gunakan untuk mengembangkan usaha dan juga mencari ide dan menambah wawasan kita.
            Pemerintah juga turut serta berusaha membangung semangat wirausaha dengan semakin sering mengadakan kegiatan pameran produk hasil karya wirausawan muda juga dengan kemudahan pemberian kredit dengan bunga rendah untuk pengembangan usaha produktif.
            Kesimpulan dari tulisan ini adalah semangat wirausahawan sudah ada pada diri kita. Bakat untuk menjadi seorang wirausaha yang sukses sudah ada sejak kecil pada diri kita. Tinggal bagaimana kita mau mengembangkan semangat dan jiwa wirausaha tersebut atau tidak. Semua orang punya kesempatan, punya peluang untuk menjadi wirausaha, apakah kita akan terus menjadi bangsa yang konsumtif atau menjadi bangsa yang produktif yang dikenal di dunia internasional? Thomas Alfa Edison yang tidak lulus sekolah juga Alim Markus bisa menjadi orang yang sukses. Kenapa kita tidak bisa. Jadi tunggu apalagi…………… Ayo Berwirausaha !!


Bersambung !