Rabu, 10 April 2013

PENGARUH PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP PRODUK



BAB I
PENDAHULUAN

Perkembangan usaha dewasa ini telah diwarnai dengan berbagai macam persaingan di segala bidang. Melihat kondisi tersebut menyebabkan pebisnis semakin dituntut untuk mempunyai strategi yang tepat dalam memenuhi target volume penjualan. Mengingat perkembangan teknologi yang makin dinamis, manusia dituntut dengan cepat dan tepat untuk bertindak agar tidak kalah bersaing.
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu stimulus yang diterima oleh individu melalui alat reseptor yaitu indera. Persepsi dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana individu mengorganisasikan dan memaknakan kesan – kesan indera mereka untuk dapat memberikan arti terhadap lingkungannya. Persepsi merupakan stimulus yang diindera oleh individu, diorganisasikan kemudian diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang diindera. Persepsi adalah suatu proses kognitif yang sangat kompleks. Invidu menginterpretasikan apa yang dilihat dan menyebutnya sebagai realitas. Oleh karena itu, realitas akan menjadi berbeda pada tiap invidu.  
Psikologi berhubungan erat dengan unsur dan proses sebagai perantara antara rangsangan eksternal manusia dengan tanggapan fisik yang dapat diamati atau lebih dikenal dengan teori stimulus-response. Persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses stimulus-response.
Cara pandang seorang konsumen tehadap suatu produk apakah produk tersebut baik atau buruk secara kualitas, harga, bentuk, dan manfaat sebelum ia mengambil keputusan pembelian. Produk musiman tentunya dibutuhkan orang pada musim-musim tertentu, dari sanalah tentunya seorang  produsen berusaha untuk memenuhi permintaan konsumen. Berikut adalah sebagian besar produk musiman di Indonesia. Contoh; Terompet, pohon natal, rambutan, mangga, ketupat, sapi, bendera, kurma.
Dari data di atas dapat kita ketahui bahwa setiap produk yang dijual itu mempunyai waktunya masing-masing. Seorang produsen terompet tentunya tidak akan menjual terompetnya pada bulan Maret, atau bulan-bulan lainnya selain bulan Desember, karena konsumen mempunyai persepsi bahwa terompet itu baru ada manfaatnya saat tahun baru tiba, sesudah dari itu terompet tidak ada gunanya lagi. Produsen yang memproduksi terompet harus menyiasati bagaimana agar produknya bisa laku terjual sebelum tahun baru tiba. Karena kalau produk itu tidak terjual tentunya ia akan mengalami kerugian atau setidaknya bila awet bias saja dijual kembali tahun depan.
Lain halnya dengan terompet, konsumen mempunyai persepsi yang berbeda terhadap rambutan, mangga dan kurma. Pada musimnya buah-buah tersebut mudah dijumpai di pasaran. Hal itu yang membuat harganya murah, namun ada kalanya seseorang ingin mengkonsumsi buah-buah tersebut padahal belum musimnya. Kalaupun ada yang menjual pastilah harganya relatif mahal, tapi orang yang benar-benar menginginkannya tentu akan rela mengeluarkan uang berapapun. Sehingga persepsi konsumen ini terbentuk karena faktor kebutuhan.


BAB II
PEMBAHASAN

Ries dan Trout (1987) mengatakan bahwa pemasaran adalah peperangan antara produsen untuk merebutkan persepsi konsumen. Demikian pentingnya persepsi di benak konsumen, sehingga bermaca-macam strategi di rancang perusahaan supaya produk dan mereknya bisa menjadi nomor satu di benak konsumen.

Kepuasan Konsumen
Zeithamal (2004) merumuskan kepuasan konsumen sebagai “costomer’s evaluation of a product or service in terms of whether that product or service has met their needs and expectation”. Dengan demikian kepuasan konsumen merupakan perilaku yang terbentuk terhadap barang atau jasa sebagai pembelian produk tersebut. Kepuasan konsumen ini sangat penting karena akan berdampak pada kelancaran bisnis atau perusahaan. Pelanggan yang merasa puas akan jasa/produk yang digunakannya akan kembali menggunakan jasa/produk yang ditawarkan. Hal ini akan membangun kesetiaan pelanggan.
Kepuasan konsumen sendiri diartikan sebagai suatu keadaan dimana harapan konsumen terhadap suatu produk sesuai dengan kenyataan yang diterima oleh konsumen tersebut tentang kemampuan produk tersebut. Jika produk tersebut jauh dibawah harapan konsumen maka ia akan kecewa. Sebaliknya jika produk tersebut memenuhi harapan konsumen, maka ia akan senang. Harapan-harapan konsumen ini dapat diketahui dari pengalaman mereka sendiri saat menggunakan produk tersebut, omongan-omongan orang lain, dan informasi iklan yang dijanjikan oleh perusahaan yang menghasilkan produk tadi.

Motivasi terhadap sebuah produk
Konsumen memiliki motivasi sendiri terhadap sebuah produk yang ditawarkan. Dalam motivasi pembelian terbagi menjadi motivasi rasional dan emosional. Motivasi rasional adalah pembelian yang didasarkan kepada kenyataan – kenyataan yang ditunjukkan oleh produk kepada konsumen dan merupakan atribut produk yang fungsional serta obyektif keadaannya. Misalnya kualitas produk, harga produk, ketersediaan barang, efisiensi kegunaan barang tersebut dapat diterima. Sedangkan motivasi emosional dalam pembelian berkaitan dengan perasaan, kesenangan yang dapat meningkatkan status sosial, peranan merek menjadikan pembeli menunjukkan status ekonominya dan pada umumnya bersifat subyektif dan simbolik.

Konsep Presepsi
Schifmann dan Kanukk (2000) menyebutkan bahwa persepsi adalah cara orang memandang didunia ini. Dari definisi umum yang dapat dilihat bahwa persepsi seseorang berbeda dari yang lainnya. Cara memandang dunia sudah pasti dipengaruhi oleh sesuatu dari dalam maupun luar orang tua itu. Solomon (1999) mendefinisikan persepsi sebagai proses dimana sensi yang diterima oleh seseorang yang dipilah dan dipilih, kemudian diatur dan diinterprestasikan. Maka, dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah interpretasi proses dimana konsumen memahami lingkungan mereka sendiri. Banyak orang percaya bahwa persepsi adalah pasif atau sebaliknya yang kita lihat dan mendengar apa yang diluar sana sangat objektif.
Namun, pada kenyataannya orang benar-benar aktif mempersepsikan stimuli dan objek di sekitar lingkungan mereka. Customer melihat apa yang mereka harapkan untuk melihat dan apa yang mereka harapkan untuk melihat tergantung pada kepercayaan umum dan stereotip. Dan karena setiap kelompok (segmen) dan individu memiliki kepercayaan umum dan stereotype yang berbeda-beda sehingga menimbulkan persepsi terhadap suatu lingkungan pemasaran juga menjadi beragam. Oleh karena itu, marketer harus menyadari perbedaan tersebut agar dapat menyesuaikan stimuli pemasaran dengan persepsi mereka sehingga sesuai dengan segmen yang ditargetkan

Persepsi Kualitas Produk
Kualitas memberikan suatu dorongan kepada konsumen untuk menjalin ikatan hubungan yang kuat dengan perusahaan. Dalam jangka panjang ikatan seperti ini memungkinkan perusahaan untuk memahami dengan seksama harapan konsumen serta kebutuhan mereka. Dengan demikian perusahaan dapat meningkatkan kepuasan konsumen di mana perusahaan memaksimumkan pengalaman konsumen yang menyenangkan dan meminimumkan pengalaman konsumen yang tidak menyenangkan.
Persepsi terhadap kualitas merupakan satu konsep yang menunjukkan sejauh mana sebuah produk dipersepsikan berkualitas dengan cara melihat atribut – atribut yang disandangnya, terlepas dari sejauh mana kualitas yang sesungguhnya. Nampak jelas disini bahwa persepsi terhadap produk merupakan efek dari persepsi yang terjadi di benak konsumen dalam rangka penilaiannya terhadap kualitas suatu produk. Konsumen akan menilai kualitas dengan cara yang berbeda – beda sesuai dengan persepsi mereka mengenai makna kualitas. Mereka akan menerima kualitas produk yang diberi oleh produsen, kemudian mempunyai persepsi tentang produk tersebut berdasarkan penilaiannya sendiri.

Persepsi Kualitas Merek ( Brand Perceived Quality )
Persepsi kualitas ini akan membentuk persepsi kualitas dari suatu produk yang dapat menetukan nilai dari produk tersebut dan berpengaruh secara langsung kepada keputusan pembelian konsumen dan loyalitas mereka terhadap merek. Karena persepsi kualitas merupakan persepsi konsumen maka dpat diramalkan jika persepsi kualitas pelanggan negatif, produk tidak akan disukai dan tidak akan bertahan lama dipasar. Sebaliknya, jika persepsi kualitas positf maka produk akan disukai.
Persepsi kualitas dapat didefinisikan sebagai persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan. Persepsi pelanggan akan melibatkan apa yang penting bagi pelanggan karena setiap pelanggan memiliki kepentingan (yang diukur secara relatif) yang berbeda-bada terhadap produk. Maka, dapat dinyatakan bahwa membahas persepsi kualitas akan membahas keterlibatan dan kepentingan pelanggan.
Sebagai ilustrasi misalkan di ambil produk telepon genggam (HP). Di pasar terdapat beberapa merek seperti Blackbery, Nokia, Samsung, LG, Motorola dengan berbagai tipe. Setiap merek mempunyai bagian-bagian tambahan atau atribut dan kelebihan masing-masing (feature). Persepsi kualitas pelanggan terhadap produk ini  akan melibatkan kepentingan setiap pelanggan dan atau artibut yang dimiliki produk (kepentingan setiap produk berbeda).  Persepsi kualitas juga berlaku untuk jasa pelayanan yang melibatkan dimensi kualitas jasa seperti waktu tunggu, keramahan petugas, kenyamanan ruangan dan lainnya. Mengingat kepentingan dan keterlibatan berbeda-beda, persepsi kualitas perlu dinilai berdasarkan sekumpulan kriteria yang berbeda. Persepsi kualitas yang tinggi bukan berarti harapan pelanggan rendah (pelanggan merupakan kepuasan yang tinggi jika harapannya jauh lebih rendah dari kinerja atau kenyataan). Persepsi kualitas mencerminkan perasaan pelanggan secara menyeluruh mengenai suatu produk. Untuk memahami persepsi kualitas suatu merek diperlukan pengukuran terhadap dimensi yang terkait dengan karakteristik produk.

Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Kualitas
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi persepsi kualitas, mengapa pelanggan percaya bahwa beberapa beberapa merek mempunyai persepsi kualitas yang tinggi atau rendah. Bagaimana membangun suatu persepsi kualitas yang positif dan kuat, faktor apa saja yang digunakan pelnggan untuk menilai kualitas secara keseluruhan dan sebaginya. Jawaban di atas tergantung pada dimensi persepsi kualitas dan konteksnya. Sebagai contoh dimensi terkait denga telepon genggam adalah kualitas suara, kualitas sinyal, kualitas baterai, kehandalan layanan reparasi atau pelayanan/ service dan biayanya serta ketersedian asesoris. Untuk mengetahui dimensi-dimensi tersebut biasanya dilakukan riset dan pelanggan akan ditanya mengapa dimensi suatu merek mempunyai kualitas yang lebih tinggi dibandingan dengan merek lainnya. Adapun dimensi persepsi kualitas mengacu pada pendapat David. A. Garvin, dimensi persepsi kualitas terbgi tujuh yaitu ;
1.      Kinerja : Melibatkan bebagai karakteristik operasional utama
2.      Pelayanan : Mencerminkan kemampuan memberikan pelayanan pada produk tersebut
3.      Ketahanan : Mencerminkan umur ekonomis dari produk
4.      Keandalan : Konsistenisi dan kinerja yang dihasilkan suatu produk dari suatu pembelian ke pembeli berikutnya
5.      Karateristik Produk : Bagian-bagian tambahan dari produk / feature
6.      Kesesuain dengan Spesifikasi : Merupakan padangan mengenai kulitas proses manufaktur (tidak ada cacat motor) sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan dan teruji.
7.      Hasil :  Mengarah pada kualitas yang dirasakan yang melibatkan enam dimensi sebelumnya

Strategi Pemuas Kebutuhan Konsumen
a.     Perusahaan harus mengetahui kebutuhan dan keinginan pasar sasarannya tersebut, misalnya motif konsumen dalam membeli produk dan manfaat (inti ataukah tambahan) produk yang dibelinya tersebut.
b.     Mencari tahu bagaimana proses pengambilan keputusan dalam membeli suatu produk. Proses ini biasanya didahului oleh munculnya kebutuhan yang dirasakan konsumen, kemudian konsumen akan mencari informasi yang nantinya akan muncul kriteria evaluasi yang dapat digunakan untuk mengavaluasi produk alternatif produk.
c.     Konsumen akan melakukan evaluasi terhadap masing-masing alternatif produk dan memilih salah satu produk yang dianggap paling baik.
d.     Konsumen akan melakukan pemilihan toko dan melakuakn pembelian. Namun demikian, tidak semua pembelian mealalui tahap keputusan diatas. Dalam memprediksi faktor yang mempengaruhi konsumen dalam memuputuskan pembelian, memilih cara pelayanan penjualan yang tepat dan menentukan saluran distribusi yang akan dipergunakan ;
e.     Membangun citra yang baik dalam benak konsumen, baik citra merek maupun citra perusahaan. Untuk membengun citra merek atau perusahaan yang baik, perlu memperhatikan proses informasi yang membentuk persepsi konsumen tentang produk perusahaan. Terbentuknya persepsi tersebut dimulai oleh perusahaan, baik berupa iklan, penampilan produk ataupun pengemasan (packing). Jika rangsangan tersebut dapat menarik perhatian konsumen, mereka akan memproses interpensi atau rangsangan yang diterima. Persepsi akan baik atau positif, jika ransangan tersebut mempunyai arti baik. Demikian pula sebaliknya
f.      Dan langkah yang terkahir untuk dapat memuaskan konsumen adalah  menimbulkan kesadaran diantara semua bagian (unit) yang ada dalam perusahaan akan pentingnya kepuasan konsumen, bagi kelangsungan hidup perusahaan

Terdapat Tiga tahap dalam pembentukan persepsi customer, yaitu :
Tahap 1 : Sensasi
Sensasi adalah suatu proses penyerapan informasi mengenai suatu produk yang melibatkan panca indra kastemer (pendengaran, penglihatan, penciuman dan peraba). Pada tahap ini, customer akan menyerap dan menyimpan segala informasi yang diberikan ketika suatu produk ditawarkan atau dicoba. Misalnya ketika customer menonton iklan sebuah produk telepon selular terbaru di televisi. Customer akan memperhatikan segala informasi mengenai spesifikasi dan fungsi produk, termasuk fitur-fitur yang ditawarkan produk tersebut. Pada kasus ini, customer menggunakan indra penglihatan dan pendengaran dalam proses penerimaan informasi.
Tahap 2 : Organisasi
Organsasi adalah tahap dimana customer mengolah informasi yang telah ia dapatkan pada tahap sensasi. Customer akan membandingan antara informasi baru tersebut dengan informasi atau pengetahuan yang telah ia miliki sebelumnya mengenai produk telepon selular (informasi dan pengetahuan tersebut bisa didapat dari pengalaman atau media iklan lainnya seperti majalah, Koran). Kemudian customer akan mendapatkan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki produk tersebut serta nilai tambahnya..
Tahap 3 : Interpretasi
Interpretasi adalah pengambilan citra atau pemberian makna oleh customer terhadap suatu produk. Seperti pada contoh kasus sebelumnya mengenai suatu produk telepon genggam baru. Setelah pada tahap organisasi kastemer mendapatkan kelebihan dan kekurangan serta nilai tambah produk, maka akan tercipta citra atau makna khas yang melekat pada produk. Misalnya handphone Sony Ericsoson seri W identik dengan handphone Walkman.


BAB III
PENUTUP


KESIMPULAN
Persepsi adalah interpretasi proses dimana konsumen memahami lingkungan mereka sendiri. Banyak orang percaya bahwa persepsi adalah pasif atau sebaliknya yang kita lihat dan mendengar apa yang diluar sana sangat objektif. Ada tiga tahap dalam pembentukan persepsi customer yaitu sensasi, organisasi dan interprestasi. Marketer harus menyadari perbedaan agar dapat menyesuaikan stimuli pemasaran (yakni iklan, kemasan, harga dll) dengan persepsi mereka sehingga sesuai dengan segmen yang ditargetkan. Dengan kata lain tugas pemasaran tidak hanya dilakukan oleh bagian pemasaran, tetapi menjadi tanggung jawab semua bagian. Jadi, usaha yang diharapkan dapat memberikan kepuasan bagi konsumen, pemilik (investor), maupun bagi para karyawan secara berkelanjutan

SARAN
Pengaruh terhadap persepsi konsumen sebaiknya digunakan dengan menggunakan konsep dimensi kualitas agar perusahaan bisa mengukur sejauhmana produk dapt diterima dipasar. Namun setelah itu penelitianpun di bandingkan oleh perusahaan yang sejenis.



DAFTAR PUSTAKA

Anthie. 25 November 2010. Persepsi Konsumen Terhadap Suatu Produk. URL :http://anthie-beauty.blogspot.com
Diasmanto, Hermawan. 25 November 2010. Peta Persepsi Konsumen Terhadap Produk. URL : http://kulinet.com
Durianto, Darmadi, dkk. 2001. Strategi Penakluk Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek. Edisi Kedua. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Sutarminingsi, Lilies. 2004. Teknologi Pengelolahan Pangan Peluang Usaha Nata De Coco. Edisi Pertama. Yogyakarta : Kanisius
Wahyuni, Dewi Urip. 2008. Pengaruh Motivasi, Persepsi dan Sikap Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Merek “Honda” di Kawasan Surabaya Barat. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, FE Universitas Kristen Petra, Vol. 10, No. 1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar