BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan
usaha dewasa ini telah diwarnai dengan berbagai macam persaingan di segala
bidang. Melihat kondisi tersebut menyebabkan pebisnis semakin dituntut untuk
mempunyai strategi yang tepat dalam memenuhi target volume penjualan. Mengingat
perkembangan teknologi yang makin dinamis, manusia dituntut dengan cepat dan
tepat untuk bertindak agar tidak kalah bersaing.
Persepsi
merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu stimulus yang
diterima oleh individu melalui alat reseptor yaitu indera. Persepsi dapat
didefinisikan sebagai suatu proses dimana individu mengorganisasikan dan
memaknakan kesan – kesan indera mereka untuk dapat memberikan arti terhadap
lingkungannya. Persepsi merupakan stimulus yang diindera oleh individu,
diorganisasikan kemudian diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan
mengerti tentang apa yang diindera. Persepsi adalah suatu proses kognitif yang
sangat kompleks. Invidu menginterpretasikan apa yang dilihat dan menyebutnya
sebagai realitas. Oleh karena itu, realitas akan menjadi berbeda pada tiap
invidu.
Psikologi
berhubungan erat dengan unsur dan proses sebagai perantara antara rangsangan
eksternal manusia dengan tanggapan fisik yang dapat diamati atau lebih dikenal
dengan teori stimulus-response. Persepsi merupakan bagian dari keseluruhan
proses stimulus-response.
Cara pandang
seorang konsumen tehadap suatu produk apakah produk tersebut baik atau buruk
secara kualitas, harga, bentuk, dan manfaat sebelum ia mengambil keputusan
pembelian. Produk musiman tentunya dibutuhkan orang pada musim-musim tertentu,
dari sanalah tentunya seorang produsen berusaha untuk memenuhi permintaan
konsumen. Berikut adalah sebagian besar produk musiman di Indonesia. Contoh; Terompet,
pohon natal, rambutan, mangga, ketupat, sapi, bendera, kurma.
Dari data di
atas dapat kita ketahui bahwa setiap produk yang dijual itu mempunyai waktunya
masing-masing. Seorang produsen terompet tentunya tidak akan menjual
terompetnya pada bulan Maret, atau bulan-bulan lainnya selain bulan Desember, karena
konsumen mempunyai persepsi bahwa terompet itu baru ada manfaatnya saat tahun
baru tiba, sesudah dari itu terompet tidak ada gunanya lagi. Produsen yang
memproduksi terompet harus menyiasati bagaimana agar produknya bisa laku
terjual sebelum tahun baru tiba. Karena kalau produk itu tidak terjual tentunya
ia akan mengalami kerugian atau setidaknya bila awet bias saja dijual kembali
tahun depan.
Lain halnya
dengan terompet, konsumen mempunyai persepsi yang berbeda terhadap rambutan,
mangga dan kurma. Pada musimnya buah-buah tersebut mudah dijumpai di pasaran.
Hal itu yang membuat harganya murah, namun ada kalanya seseorang ingin
mengkonsumsi buah-buah tersebut padahal belum musimnya. Kalaupun ada yang
menjual pastilah harganya relatif mahal, tapi orang yang benar-benar
menginginkannya tentu akan rela mengeluarkan uang berapapun. Sehingga persepsi
konsumen ini terbentuk karena faktor kebutuhan.
BAB II
PEMBAHASAN
Ries dan
Trout (1987) mengatakan bahwa pemasaran adalah peperangan antara produsen untuk
merebutkan persepsi konsumen. Demikian pentingnya persepsi di benak konsumen,
sehingga bermaca-macam strategi di rancang perusahaan supaya produk dan
mereknya bisa menjadi nomor satu di benak konsumen.
Kepuasan Konsumen
Zeithamal
(2004) merumuskan kepuasan konsumen sebagai “costomer’s evaluation of a
product or service in terms of whether that product or service has met their
needs and expectation”. Dengan demikian kepuasan konsumen merupakan
perilaku yang terbentuk terhadap barang atau jasa sebagai pembelian produk
tersebut. Kepuasan konsumen ini sangat penting karena akan berdampak pada
kelancaran bisnis atau perusahaan. Pelanggan yang merasa puas akan jasa/produk
yang digunakannya akan kembali menggunakan jasa/produk yang ditawarkan. Hal ini
akan membangun kesetiaan pelanggan.
Kepuasan
konsumen sendiri diartikan sebagai suatu keadaan dimana harapan konsumen
terhadap suatu produk sesuai dengan kenyataan yang diterima oleh konsumen
tersebut tentang kemampuan produk tersebut. Jika produk tersebut jauh dibawah
harapan konsumen maka ia akan kecewa. Sebaliknya jika produk tersebut memenuhi
harapan konsumen, maka ia akan senang. Harapan-harapan konsumen ini dapat
diketahui dari pengalaman mereka sendiri saat menggunakan produk tersebut,
omongan-omongan orang lain, dan informasi iklan yang dijanjikan oleh perusahaan
yang menghasilkan produk tadi.
Motivasi terhadap sebuah produk
Konsumen memiliki motivasi sendiri terhadap sebuah produk yang
ditawarkan. Dalam motivasi pembelian terbagi menjadi motivasi rasional dan
emosional. Motivasi rasional adalah pembelian yang didasarkan kepada kenyataan
– kenyataan yang ditunjukkan oleh produk kepada konsumen dan merupakan atribut
produk yang fungsional serta obyektif keadaannya. Misalnya kualitas produk,
harga produk, ketersediaan barang, efisiensi kegunaan barang tersebut dapat
diterima. Sedangkan motivasi emosional dalam pembelian berkaitan dengan
perasaan, kesenangan yang dapat meningkatkan status sosial, peranan merek
menjadikan pembeli menunjukkan status ekonominya dan pada umumnya bersifat
subyektif dan simbolik.
Konsep Presepsi
Schifmann
dan Kanukk (2000) menyebutkan bahwa persepsi adalah cara orang memandang
didunia ini. Dari definisi umum yang dapat dilihat bahwa persepsi seseorang
berbeda dari yang lainnya. Cara memandang dunia sudah pasti dipengaruhi oleh
sesuatu dari dalam maupun luar orang tua itu. Solomon (1999) mendefinisikan persepsi
sebagai proses dimana sensi yang diterima oleh seseorang yang dipilah dan dipilih,
kemudian diatur dan diinterprestasikan. Maka, dapat disimpulkan bahwa persepsi
adalah interpretasi proses dimana konsumen memahami lingkungan mereka sendiri.
Banyak orang percaya bahwa persepsi adalah pasif atau sebaliknya yang kita
lihat dan mendengar apa yang diluar sana sangat objektif.
Namun, pada
kenyataannya orang benar-benar aktif mempersepsikan stimuli dan objek di
sekitar lingkungan mereka. Customer melihat apa yang mereka harapkan untuk
melihat dan apa yang mereka harapkan untuk melihat tergantung pada kepercayaan
umum dan stereotip. Dan karena setiap kelompok (segmen) dan individu memiliki
kepercayaan umum dan stereotype yang berbeda-beda sehingga menimbulkan persepsi
terhadap suatu lingkungan pemasaran juga menjadi beragam. Oleh karena itu,
marketer harus menyadari perbedaan tersebut agar dapat menyesuaikan stimuli
pemasaran dengan persepsi mereka sehingga sesuai dengan segmen yang ditargetkan
Persepsi Kualitas Produk
Kualitas memberikan suatu dorongan kepada konsumen untuk menjalin ikatan
hubungan yang kuat dengan perusahaan. Dalam jangka panjang ikatan seperti ini
memungkinkan perusahaan untuk memahami dengan seksama harapan konsumen serta
kebutuhan mereka. Dengan demikian perusahaan dapat meningkatkan kepuasan
konsumen di mana perusahaan memaksimumkan pengalaman konsumen yang menyenangkan
dan meminimumkan pengalaman konsumen yang tidak menyenangkan.
Persepsi terhadap kualitas merupakan satu konsep yang menunjukkan sejauh
mana sebuah produk dipersepsikan berkualitas dengan cara melihat atribut –
atribut yang disandangnya, terlepas dari sejauh mana kualitas yang
sesungguhnya. Nampak jelas disini bahwa persepsi terhadap produk merupakan efek
dari persepsi yang terjadi di benak konsumen dalam rangka penilaiannya terhadap
kualitas suatu produk. Konsumen akan menilai kualitas dengan cara yang berbeda
– beda sesuai dengan persepsi mereka mengenai makna kualitas. Mereka akan
menerima kualitas produk yang diberi oleh produsen, kemudian mempunyai persepsi
tentang produk tersebut berdasarkan penilaiannya sendiri.
Persepsi Kualitas Merek ( Brand Perceived Quality )
Persepsi
kualitas ini akan membentuk persepsi kualitas dari suatu produk yang dapat
menetukan nilai dari produk tersebut dan berpengaruh secara langsung kepada
keputusan pembelian konsumen dan loyalitas mereka terhadap merek. Karena
persepsi kualitas merupakan persepsi konsumen maka dpat diramalkan jika
persepsi kualitas pelanggan negatif, produk tidak akan disukai dan tidak akan
bertahan lama dipasar. Sebaliknya, jika persepsi kualitas positf maka produk
akan disukai.
Persepsi
kualitas dapat didefinisikan sebagai persepsi pelanggan terhadap keseluruhan
kualitas atau keunggulan suatu produk berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh
pelanggan. Persepsi pelanggan akan melibatkan apa yang penting bagi pelanggan
karena setiap pelanggan memiliki kepentingan (yang diukur secara relatif) yang
berbeda-bada terhadap produk. Maka, dapat dinyatakan bahwa membahas persepsi
kualitas akan membahas keterlibatan dan kepentingan pelanggan.
Sebagai
ilustrasi misalkan di ambil produk telepon genggam (HP). Di pasar terdapat
beberapa merek seperti Blackbery, Nokia, Samsung, LG, Motorola dengan berbagai
tipe. Setiap merek mempunyai bagian-bagian tambahan atau atribut dan kelebihan
masing-masing (feature). Persepsi
kualitas pelanggan terhadap produk ini akan melibatkan kepentingan setiap
pelanggan dan atau artibut yang dimiliki produk (kepentingan setiap produk
berbeda). Persepsi kualitas juga berlaku untuk jasa pelayanan yang
melibatkan dimensi kualitas jasa seperti waktu tunggu, keramahan petugas,
kenyamanan ruangan dan lainnya. Mengingat kepentingan dan keterlibatan
berbeda-beda, persepsi kualitas perlu dinilai berdasarkan sekumpulan kriteria
yang berbeda. Persepsi kualitas yang tinggi bukan berarti harapan pelanggan
rendah (pelanggan merupakan kepuasan yang tinggi jika harapannya jauh lebih
rendah dari kinerja atau kenyataan). Persepsi kualitas mencerminkan perasaan
pelanggan secara menyeluruh mengenai suatu produk. Untuk memahami persepsi
kualitas suatu merek diperlukan pengukuran terhadap dimensi yang terkait dengan
karakteristik produk.
Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi
Kualitas
Faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi persepsi kualitas, mengapa pelanggan percaya bahwa
beberapa beberapa merek mempunyai persepsi kualitas yang tinggi atau rendah.
Bagaimana membangun suatu persepsi kualitas yang positif dan kuat, faktor apa
saja yang digunakan pelnggan untuk menilai kualitas secara keseluruhan dan
sebaginya. Jawaban di atas tergantung pada dimensi persepsi kualitas dan
konteksnya. Sebagai contoh dimensi terkait denga telepon genggam adalah
kualitas suara, kualitas sinyal, kualitas baterai, kehandalan layanan reparasi
atau pelayanan/ service dan biayanya serta ketersedian asesoris. Untuk
mengetahui dimensi-dimensi tersebut biasanya dilakukan riset dan pelanggan akan
ditanya mengapa dimensi suatu merek mempunyai kualitas yang lebih tinggi
dibandingan dengan merek lainnya. Adapun dimensi persepsi kualitas mengacu pada
pendapat David. A. Garvin, dimensi persepsi kualitas terbgi tujuh yaitu ;
1. Kinerja :
Melibatkan bebagai karakteristik operasional utama
2. Pelayanan :
Mencerminkan kemampuan memberikan pelayanan pada produk tersebut
3. Ketahanan :
Mencerminkan umur ekonomis dari produk
4. Keandalan :
Konsistenisi dan kinerja yang dihasilkan suatu produk dari suatu pembelian ke
pembeli berikutnya
5. Karateristik
Produk : Bagian-bagian tambahan dari produk / feature
6. Kesesuain
dengan Spesifikasi : Merupakan padangan mengenai kulitas proses manufaktur
(tidak ada cacat motor) sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan dan
teruji.
7. Hasil
: Mengarah pada kualitas yang dirasakan yang melibatkan enam dimensi
sebelumnya
Strategi Pemuas Kebutuhan Konsumen
a. Perusahaan
harus mengetahui kebutuhan dan keinginan pasar sasarannya tersebut, misalnya
motif konsumen dalam membeli produk dan manfaat (inti ataukah tambahan) produk
yang dibelinya tersebut.
b. Mencari tahu
bagaimana proses pengambilan keputusan dalam membeli suatu produk. Proses ini
biasanya didahului oleh munculnya kebutuhan yang dirasakan konsumen, kemudian
konsumen akan mencari informasi yang nantinya akan muncul kriteria evaluasi
yang dapat digunakan untuk mengavaluasi produk alternatif produk.
c. Konsumen
akan melakukan evaluasi terhadap masing-masing alternatif produk dan memilih
salah satu produk yang dianggap paling baik.
d. Konsumen
akan melakukan pemilihan toko dan melakuakn pembelian. Namun demikian, tidak
semua pembelian mealalui tahap keputusan diatas. Dalam memprediksi faktor yang
mempengaruhi konsumen dalam memuputuskan pembelian, memilih cara pelayanan
penjualan yang tepat dan menentukan saluran distribusi yang akan dipergunakan ;
e. Membangun
citra yang baik dalam benak konsumen, baik citra merek maupun citra perusahaan.
Untuk membengun citra merek atau perusahaan yang baik, perlu memperhatikan
proses informasi yang membentuk persepsi konsumen tentang produk perusahaan.
Terbentuknya persepsi tersebut dimulai oleh perusahaan, baik berupa iklan, penampilan
produk ataupun pengemasan (packing). Jika rangsangan tersebut dapat menarik
perhatian konsumen, mereka akan memproses interpensi atau rangsangan yang
diterima. Persepsi akan baik atau positif, jika ransangan tersebut mempunyai
arti baik. Demikian pula sebaliknya
f. Dan langkah
yang terkahir untuk dapat memuaskan konsumen adalah menimbulkan kesadaran
diantara semua bagian (unit) yang ada dalam perusahaan akan pentingnya kepuasan
konsumen, bagi kelangsungan hidup perusahaan
Terdapat Tiga tahap dalam pembentukan
persepsi customer, yaitu :
Tahap 1 : Sensasi
Sensasi
adalah suatu proses penyerapan informasi mengenai suatu produk yang melibatkan
panca indra kastemer (pendengaran, penglihatan, penciuman dan peraba). Pada
tahap ini, customer akan menyerap dan menyimpan segala informasi yang diberikan
ketika suatu produk ditawarkan atau dicoba. Misalnya ketika customer menonton
iklan sebuah produk telepon selular terbaru di televisi. Customer akan
memperhatikan segala informasi mengenai spesifikasi dan fungsi produk, termasuk
fitur-fitur yang ditawarkan produk tersebut. Pada kasus ini, customer
menggunakan indra penglihatan dan pendengaran dalam proses penerimaan
informasi.
Tahap 2 : Organisasi
Organsasi
adalah tahap dimana customer mengolah informasi yang telah ia dapatkan pada
tahap sensasi. Customer akan membandingan antara informasi baru tersebut dengan
informasi atau pengetahuan yang telah ia miliki sebelumnya mengenai produk
telepon selular (informasi dan pengetahuan tersebut bisa didapat dari
pengalaman atau media iklan lainnya seperti majalah, Koran). Kemudian customer
akan mendapatkan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki produk tersebut serta
nilai tambahnya..
Tahap 3 : Interpretasi
Tahap 3 : Interpretasi
Interpretasi
adalah pengambilan citra atau pemberian makna oleh customer terhadap suatu
produk. Seperti pada contoh kasus sebelumnya mengenai suatu produk telepon
genggam baru. Setelah pada tahap organisasi kastemer mendapatkan kelebihan dan
kekurangan serta nilai tambah produk, maka akan tercipta citra atau makna khas
yang melekat pada produk. Misalnya handphone Sony Ericsoson seri W identik
dengan handphone Walkman.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Persepsi
adalah interpretasi proses dimana konsumen memahami lingkungan mereka sendiri.
Banyak orang percaya bahwa persepsi adalah pasif atau sebaliknya yang kita
lihat dan mendengar apa yang diluar sana sangat objektif. Ada tiga tahap dalam
pembentukan persepsi customer yaitu sensasi, organisasi dan interprestasi.
Marketer harus menyadari perbedaan agar dapat menyesuaikan stimuli pemasaran
(yakni iklan, kemasan, harga dll) dengan persepsi mereka sehingga sesuai dengan
segmen yang ditargetkan. Dengan kata lain tugas pemasaran tidak hanya dilakukan
oleh bagian pemasaran, tetapi menjadi tanggung jawab semua bagian. Jadi, usaha
yang diharapkan dapat memberikan kepuasan bagi konsumen, pemilik (investor),
maupun bagi para karyawan secara berkelanjutan
SARAN
Pengaruh
terhadap persepsi konsumen sebaiknya digunakan dengan menggunakan konsep
dimensi kualitas agar perusahaan bisa mengukur sejauhmana produk dapt diterima
dipasar. Namun setelah itu penelitianpun di bandingkan oleh perusahaan yang
sejenis.
DAFTAR
PUSTAKA
Anthie. 25
November 2010. Persepsi Konsumen Terhadap
Suatu Produk. URL :http://anthie-beauty.blogspot.com
Diasmanto,
Hermawan. 25 November 2010. Peta Persepsi
Konsumen Terhadap Produk. URL : http://kulinet.com
Durianto,
Darmadi, dkk. 2001. Strategi Penakluk
Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek. Edisi Kedua. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama
Sutarminingsi,
Lilies. 2004. Teknologi Pengelolahan
Pangan Peluang Usaha Nata De Coco. Edisi Pertama. Yogyakarta : Kanisius
Wahyuni,
Dewi Urip. 2008. Pengaruh Motivasi,
Persepsi dan Sikap Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Merek
“Honda” di Kawasan Surabaya Barat. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, FE
Universitas Kristen Petra, Vol. 10, No. 1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar